Hampir Covid

Sore itu saya kedatangan tamu, sekaligus konsumen sayur organik saya. Namanya pakai inisial saja: Tb. Cowok, kerja sebagai perawat kesehatan di swasta.


Dia seperti penasaran, ingin tahu tentang organik. Dan mulai menyadari tentang pentingnya organik. Hari itu dia datang sekalian ambil sayur organik. Hari itu adalah pemesanan kesekian kalinya. Sepertinya ketiga.


Sejak covid memang saya tidak lagi menerima tamu di dalam rumah. Saya persilahkan duduk di teras samping rumah yang saya gunakan untuk kerja sama teman-teman, ngurusi sayur.

Hampir covid


Dia pun enjoy. Gak masalah duduk di luar. Bahkan sempat ngobrol panjang. Tentang apa saja, hingga tentang bos nya istri saya yang pernah dia rawat karena mengalami kesemutan di tangan.


Seminggu setelahnya, dia pesan sayur organik lagi. Tapi tidak diambil. Juga tidak diantar ke tempat kerjanya seperti biasa di area kota Malang. Pesanan kali ini minta diantar ke kabupaten Malang. Lumayan jauh. Sekitar  20 km.


Karena jauh kami mematok ongkir lumayan mahal, 15 ribu. Sebenarnya mau narik lebih. Tapi itulah kekurangan saya sebagai pemilik usaha sayur ini. Selalu tidak tega kalau terlalu mahal. Baik harga sayur maupun ongkos kirimnya.


Dia meng iyakan ongkir segitu.


Sampai rumahnya butuh waktu sekitar 30 menit. Kebetulan saya antar sendiri karena kurir libur 2 bulan, pindah ke kerjaan lain. Tentu dengan bantuan google map. Akhirnya sampai area rumahnya. Saya tanya orang sekitar, ada dimana rumah mas Tb tadi. Ketemu. Emak-emak yang nerima.


"Sudah dibayar mas?", tanya emak tadi.


"Belum bu, nanti di transfer sama mas Tb", jawab saya.


Sayur diterima, saya pulang.


Minggu depannya, pesan lagi. Diantar ke rumahnya. 


Saya ketuk pintu tidak ada yang bukakan. Saya letakkan di teras rumah, dekat pintu.


Ketika mau saya tinggal. Emak yang biasanya datang. Dia mengambil sayur seperti biasa. Dan saya pamit pulang.


Sampai rumah, saya tanya ke mas Tb.


"Sakit apa mas pean?"


Mas Tb menjawab, "nanti saja mas kalau ketemu saya ceritain".


Saya curiga, dia kena covid. Tapi sudahlah, semoga cepat sembuh saja. Toh saya juga tidak ada tanda-tanda tertular. 


Setelah dua kali kirim ke rumahnya. Berarti sekitar 2 minggu. Minggu berikutnya pesan lagi. Tapi sudah diantar ke kantornya. 


Karena kurir libur, saya yang antar sendiri. Ketemu dengannya. Dia saya tanya lagi. Sakit apa. Dan benar dugaan saya: covid.


Saya tanya lagi, bagaimana metode penyembuhannya. Dia pun menjelaskan ya konsumsi sayur organik dari saya, buah, vitamin, istirahat cukup. Dan satu lagi yang penting: PIKIRAN HARUS BAHAGIA.


Kalau dalam ilmu biologi dulu, memang bahagia bisa meningkatkan hormon tertentu. Dimana hormon tersebut yang nantinya akan meningkatkan imun.


Saat isolasi mandiri, mas Tb memang sangat menjaga ketat kontak dengan keluarga. Jadi selama isolasi benar-benar tidak bertemu anak istri, dan juga keluarga lainnya. Termasuk juga orang lain. Seperti saya yang mengantar sayur juga hanya disuruh meletakkan di teras saja. Tanpa ada kontak langsung.


Setelah pulang, saya sempat merenung. Saya Hampir Covid. Andaikan saya ketularan. Duh bagaimana ya? Anak istri saya punya riwayat pneumonia dan bronkitis. Mereka rentan kena serangan covid. 


Ya Allah terimakasih sudah melindungi kami 😊


Mas Ito
Mas Ito Blogger, agropreneur

Tidak ada komentar untuk "Hampir Covid"