Cah Tuban Kudu Bangga Menggunakan Bahasa Khas Tuban!
Bahasa khas Tuban memiliki keunikan tersendiri dibanding bahasa dari daerah lain. Kamu yang orang Tuban dan pernah keluar dari Tuban, atau bahkan hingga kini tinggal di luar Tuban, pasti kangen dengan bahasa Tuban yang khas.
Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan maksud kepada orang lain. "Penyambung lidah antar satu orang dengan lainnya".
Tiap daerah memiliki keunikan dalam berbahasa. Baik itu kosa kata, logat, mimik, dll. Termasuk bahasa khas di Tuban. Memiliki banyak kosakata yang unik.
Keunikan bahasa khas Tuban baru bisa dirasakan apabila kita sebagai penutur bahasa tersebut berada di luar Tuban. Kebetulan saya juga berada di luar Tuban. Kota Malang tepatnya.
Pada awal masuk Malang, memang merasa bahwa bahasa Malang itu unik. Bahkan saya jarang berbicara dengan orang yang tinggal di Malang, waktu awal masuk ke Malang. Khawatir mereka gak paham, atau nertawakan kosakata Tuban yang bagi mereka juga unik. Bahkan dianggap lucu. Jadi saya pilih banyak diam sambil mempelajari karakteristik bahasa Malang.
Berikut ini bahasa khas Tuban yang menurut saya unik.
Kata ganti kepemilikan: -em
-em erupakan pengganti kata ganti kepemilikan -mu. Misal buku(mu). Kalau di Tuban jadi buku(nem).
Sebutan untuk orang laki-laki lebih tua, atau yang dituakan. Di tuban disebut "kang".
Kalau di Malang, Surabaya, sidoarjo sebutannya "cak". Kata umumnya " mas". Di tuban: kang.
Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau di tuakan. Biasanya di panggil "Yu".
Di daerah lain biasanya dipanggil "mbak". Sebenernya kedua kata itu (mbak dan yu) adalah satu kata: mbakyu. Kalau di Tuban diambil kata Yu. Misalkan nama perempuan Sutinah. Panggilnya Yu Sutinah.
Apa lagi ya?
Emmm...
Apa yang kamu ucapkan ketika kamu jengkel?
Biasanya kamu bilang gini ya " jengkel aku sama ...". Atau "mangkel aku..."
Kalau di Tuban, kata jengkel atau mangkel itu diganti kata "geregeten".
Mungkin kayak lagunya Sherina ya yang judulnya geregetan. Liriknya kayak gini "Geregetan duh aduh geregetan. Apa yang harus kulakukan?"
Heehee
Orang Tuban kalau bilang laper pake kata "lesu".
Kalau di tempat lain mungkin "luwe". Padahal lesu itu ungkapan untuk menunjukkan kata padanan lemes, lemah, lunglai, dll.
Panggilan untuk anak laki-laki di Tuban yaitu "cung" atau panjangnya "kacung".
Kacung Mirip di madura "kacong".
Kalau kamu pakai celana, di Tuban disebut "suwalan".
Celana, istilah Tubannya suwal. Ini beda lho dengan siwalan. Kalau siwalan itu buah khasnya Tuban. Jadi jangan salah ucap kalau belajar kosakata Tuban. Apalagi saat dipraktekkan ngomong ke orang.
Entahlah, apakah kata mbadaki itu berasal dari kata badak. Lalu apa kaitannya dengan cuek. Apa hewan badak itu kalau dipanggil cuek. Sehingga dijadikan kata pengganti cuek.
Pada tahu kan ya yang namanya capung. Hewan ini khas berada pada pemukiman yang bersih udaranya.
Alat untuk motong. Tapi bukan motong cintaku ke kamu ya.
Hahaha...
Duhhh, belagunya kamu. Jadinya: duhh, mletenem
Jember. Selain jadi nama kota, juga jadi bahasa Tuban yang unik. Jangan-jangan, Kota Jember itu aslinya kota Tidak disukai. Hihihi
Cuek kalau di Tuban disebut mbadaki.
Entahlah, apakah kata mbadaki itu berasal dari kata badak. Lalu apa kaitannya dengan cuek. Apa hewan badak itu kalau dipanggil cuek. Sehingga dijadikan kata pengganti cuek.
Hewan capung, kalau menurut bahasa khas Tuban jadinya kinjeng.
Pada tahu kan ya yang namanya capung. Hewan ini khas berada pada pemukiman yang bersih udaranya.
Gaman/ glathi, merupakan kata pengganti pisau.
Alat untuk motong. Tapi bukan motong cintaku ke kamu ya.
Hahaha...
Belagu, banyak gaya kalau di Tuban disebut mlete.
Duhhh, belagunya kamu. Jadinya: duhh, mletenem
Jember = tidak suka, BT
Jember. Selain jadi nama kota, juga jadi bahasa Tuban yang unik. Jangan-jangan, Kota Jember itu aslinya kota Tidak disukai. Hihihi
Lucu dan unik kan jadinya, kalau bahasa khas di amati dari luar Tuban?
Kowe sing dadi Cah Tuban kudu gati nggunakno bosone Tuban.
Jangan malu menggunakan bahasa khas Tuban untuk bertutur kata.
Bangga jadi cah Tuban!
Belum pernah ketemu warga Tuban sebelumnya, jadi penasaran nih saya.
BalasHapusYukkk main ke tuban kak
HapusAku wg tuban lo kak
HapusWah aku juga ikuta belajar bahasa Tuban nih jadinya
BalasHapusSelalu menarik nih belajar bahasa daerah kayak gini, makin bangga jadi orang Indonesia yang punya beragam bahasa dan budaya. Indah sekali keragaman kita
Setuju mas, sebagai orang Tuban, harus bangga dan percaya diri menggunakan bahasa daerah. Begitu juga dengan daerah-daerah lainnya
Yaps. Memang kita jangan sampai melupakan bhs daerah. Nasional bisa. Daerahpun harus dilestarikan
Hapuswah, jadi nambah perbendaharaan Bahasa khas Tubanku hehe ...Ada beberapa yang sama dengan Kediri, kampung halamanku, kayak suwalan dan mangkel....
BalasHapusBaru tahu ada bahasa Tuban, panggilan untuk pria yang lebih tua sama kayak bahasa sunda ya, dipanggil “Kang”
BalasHapusapik kang! ora usah isin gawe boso Tuban, mundak diarani mlethe he he
BalasHapusUnik juga ya,
BalasHapusUntuk jawa sih medok jawa ya, kita semua faham
Paling yg agak beda kalo jawa ngapak hehe
Kl Sumatra, Medan lah yg sudah populer dengan logat khasnya hehe
Setuju banget saya ini. Kita harus bangga dengan bahasa daerah sendiri dan jangan lupa melestarikannya juga salah satunya dengan menulis seperti kk ini. Salut saya dengan orang yang bangga pada keaslian dan daerahnya.
BalasHapusWahh kalau ke Tuban harus tahu bahasa ini dong ya nanti salah arti . Cung dikira artinya nunjuk tangan atau mancung hahah luwe nanti diartiin kopi luwak hahah .. apa coba aku nie..makasih ya jadi tahu perbendaharaan kata nie
BalasHapusDi Balikpapan ada juga sih orang tuban. Terkadang saya bingung sendiri saat mereka berkumpul. Untungnya ada artikel ini akhirnya bisa nimbrung sama mereka lagi deh nanti.
BalasHapushaha menarik banget ya Kang ito bahasa Tuban itu. Btw kl saya dulu familiarnya Tuban itu ada kyai langitannya ya. Jember artinya "gak disukai" ya walahh iso nesu kui wonge Jember hehe
BalasHapusWah senang ada anak muda yg bangga dengan bhsa daerah. Teruskan ya kak..krna kecenderungan bhsa daerah sekarang makin terpinggirkan dng bhsa gaul. Pdhal bhsa daerah asset Nusantara yg hrs dilestarikan keberadaannya.
BalasHapusSellalu ada yang unik dalam tiap daerah. Eh tapi ada yang mirip dengan bahasa pati. terutama nem. Hehe
BalasHapusMenarik banget nih bahwa di Tuban ada bahasa khas sendiri yah. mu menjadi nem gitu masih sering dipakai berarti disana. Suwalan memakai celana takut kepleset juga lidahnya mau ngucapin kata-katanya. Hmm boleh juga nambah pengetahuan baru tentang bahasanya nih.
BalasHapusaku baru tau loh semuanya, unik ya tuban, coba bahas kulinernya dek. jember itu kan nama daerah hahah
BalasHapusAku Yo bangga dadi Arema seng bosone Siwalan walek, Kang. Heheheh
BalasHapusSuka ini artikelnya kang Ito, (benarkan?) Bisa nambah wawasan bahasa daerah
BalasHapusSerius itu bahasa tuban masito? Perasaan sama dengan bahasa ngawi aku biasa makai sih, yang nggak biasa cuma "mlete"
BalasHapusyang khas itu kepemilikan itu ya, yang pake tambahan em. dulu teman kuliah ada yang dari Tuban, seru kalau ngobrolin bahasa khasmasing-masing. belum logatnya yang beda-beda
BalasHapusBukunem ndang goleki, Cung!
BalasHapusBener gitu, nggak?
Agak dekat dengan Pati dan Rembang, ya.
Kalau saya yang sering godain adek dari Pati itu kalau dia jawab "ora ndenger" yang artinya tidak tahu. Apakah sama?
Hah, ternyata geregetan itu bahasa Tuban ya. Di Palembang kami juga sebut capung dengan Kinjeng.
BalasHapusKinjeng juga sebutan capung di Jawa Tengah khususnya Klaten Mas.. eh Kang.
BalasHapusUnik-unik ya bahasa daerah kita, meskipun dalam satu provinsi, setiap daerah punya logat dan kosakata khas tersendiri. Seperti yang sudah Mas Ito tuliskan ini.
BalasHapus