Hati-hati! Sinetron Indonesia Ajarkan Seks Ringan
Sinetron Indonesia, siapa yang gak pernah lihat? Pasti gak punya tv ya kalau gak pernah lihat. Bersyukurlah anda yang tidak punya tv hingga gak pernah liat sinetron Indonesia. Jika dihitung sekian banyak chanel tv terutama swasta, sebagian besar menayangkan sinetron. Naahh, masalahnya sinetronnya banyak yang kurang mendidik, apalagi buat anak kecil dan remaja. Salah satu adegan yang hampir selalu muncul dalam sinetron Indonesia adalah ajaran seks. Tentunya dengan porsi yang ringan laahhh. Gak mungkin berani nayangkan adegan hoho..hihe...
Bentuk seks ringan yang sering dibuat adegan adalah berpacaran dengan pegang tangan, pelukan, dan ciuman. Bagi produser dan sutradara, "persetan dengan agama yang mengajarkan untuk tidak melakukan hal tersebut". Demi uang, apa aja boleh dijalani kok.
Apalagi sekarang, semakin banyak chanel tv swasta bermunculan. Dan tidak ada aturan mengenai adegan seks ringan. Yang ada, aturan seks berat. Meski ada yang namanya KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), rupanya seperti tidak berfungsi. Tidak ada seleksi ketat tentang kualitas sinetron Indonesia yang boleh tayang. Sinetron dengan adegan seks ringan sah-sah saja. Meski ringan, kalau dilihat anak secara terus menerus, mereka bisa meniru. Dan bahkan bisa bertambah berat apa yang ditiru.
(Ilustrasi anak menonton tv: republika.co.id)
Yang mengherankan, sinetron tersebut tayang di jam-jam family time. Antara jam 18.00 - 21.00 WIB. Seolah sengaja disajikan untuk ditonton keluarga baik itu ayah, ibu, ataupun anak. Bagaimana anak bisa terhindar dari yang namanya seks bebas, kalau sejak kecil sudah sengaja disodori imajinasi tentang konsep pacaran yang harus pegang tangan, pelukan, dan pacaran. Kalau mau mensurvei, anak seusia SMP atau bahkan SD sudah mengenal yang namanya pacaran. Dari mana mereka belajar tentang itu? Salah satunya dari tv. Ingat, bahwa tv merupakan tayangan audio visual. Lebih mudah terekam di pikiran anak.
Apakah sampai detik ini yang namanya KPI belum punya standart ketat tentang tayangan pertelevisian? Atau sudah ada, namun tidak dilaksanakan dengan baik? Atau...atau...atau yang lainnya?
Menurut saya, adanya sinetron Indonesia yang mengajarkan seks ringan, menjadi penyumbang menurunnya pendidikan karakter. Sekolah gencar mengkampanyekan pendidikan karakter. Dunia pertelevisian sebaliknya, gencar merusak karakter. Padahal, antara pendidikan dan penyiaran/pertelevisian berujung pada satu penentu kebijakan yaitu pemerintah. Hal ini menandakan bahwa minimnya sinkronisasi program lembaga pemerintah. Harusnya, langkah pendidikan karakter yang digagas dinas pendidikan harus di dukung oleh semua lembaga pemerintah lain, termasuk KPI.
Sebagai konsumen dunia hiburan, tentu serba susah kalau tidak memiliki tv di rumah. Karena setelah beraktivitas dengan pekerjaan, kadang muncul jenuh yang perlu segera diobati dengan hiburan tayangan tv. Masalahnya, obat jenuh yang disajikan malah mengajarkan hal-hal buruk. Untuk meminimalkan dampak negatif tayangan tv terhadap anak, sebaiknya orang tua harus bisa 100% mendampingi anak saat menonton tv.
Aku sejak 2013 ngak pernah nonton tv, ahong isine tv yo gendak an, mari ngono nangis. Mending langsung buka mbah google ne kono hohohihek e akeh hahahaha.. Plis damai 😂
BalasHapus