Kalau Mama Kerja, Aku bagaimana?

Senin, pagi hari jam 05.30 Dina bangun tidur. Layaknya balita lain, Dina merengek-rengek minta gendong. Tapi mama Dina terpaksa harus sedikit mengabaikannya karena dikejar waktu bersiap diri berangkat kerja. 06.30 harus sampai kantor. Tsssaahh... Nasib Dina sebagai anak mama masa kini.

Dengan kosakata yang masih acak adut, dari bibir mungil Dina terucap kata "mama... mamaa"... Sambil merengek meminta gendong. Tapi apa daya mama.

Tepat jam 06.00, Dina terpaksa diangkat dari tempat dia merengek. Belum mandi, kucel, dengan rambut masih acak-acakan Dina sudah digendong mama untuk dinaikkan ke mobil. Beda dengan mama yang sudah menggunakan baju seragam batik, dan rok mini ketat hingga menunjukkan lekuk tubuh, sepatu high heel warna hitam, kosmetik yang meronakan wajah, serta asesoris lain yang semakin menunjukkan bahwa mama akan bekerja di tempat yang elegan. Aahhh, Dina... Lagi-lagi harus mengulang pagi bersama baby sitter yang lokasinya jauh dari rempat tinggal Dina.

Mungkin bagi Dina, pagi saat perjalanan menuju baby sitter, adalah waktu yang berharga karena bisa duduk dan berceloteh dengan mama. Meski hanya berlangsung 20 menitan. Setelah Dina sampai di rumah baby sitter, raut muka Dina berubah menjadi muram dan merengek seolah ingin berkata, " kalau mama kerja, aku bagaimana?"
Ilustrasi anak sedih karena mama mau kerja: bintanggemerlap.wordpress.com
Hampir setiap hari, Dina dijemput mamanya jam 20.00, dalam kondisi Dina sudah tidur, capek seharian habis main di baby sitter. Malam hari saat tidur, Dina kadang mengigau hingga menangis memanggil " mamaaaa... mamaaa". Mungkin karena kebayang tiap pagi dia harus mengulang-ulang kata tersebut sambil merengek.

Ooohhh... Dina, semoga tetap tumbuh dan berkembang dengan baik. Nasibnya jadi anak mama karir yang harus taat dengan aturan kantor.

***
Di jaman seperti sekarang ini, wanita cenderung banyak yang mengenyam pendididikan tinggi. Pendidikan tinggi  dapat berimbas pada karir, maksudnya wanita dengan pendidikan tinggi akan mudah untuk meniti jenjang karir yang lebih baik dibanding wanita dengan pendidikan rendah.

Misal karir yang dijalani adalah pegawai kantoran dengan jam masuk pukul 08.00 sampai 16.00 (rata-rata kerja 8 jam). Pukul 16.00 baru prepare pulang, belum lagi ditambah perjalanan macet, dan lemburan yang kadang tidak bisa ditolak. Sampai rumah bisa-bisa sudah malam, capek fisik dan pikiran apalagi ada pekerjaan kantor yang belum selesai padahal deadline sudah dekat.

Yang perlu diwaspadai ketika banyak perempuan berkarir adalah bagaimana urusan keluarganya? Terlebih urusan anak-anaknya. Tidak mungkin juga mama kerja, papa jadi papa rumah tangga. Apa kata tetangga?

Ketika mama jadi wanita karir dengan jam kerja 8 jam tersebut, tentu minim waktu untuk anak. Padahal, anak sangat memerlukan sosok mama untuk memberi pendidikan pertama dalam hidupnya. Terutama anak yang masih balita, masa krusial yang bergantung dengan mama dalam mendidik.

Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan jika memang sosok mama harus menjalani kehidupan menjadi wanita karir, agar tidak ada lagi kegelisahan anak dan ungkapan hati "kalau mama kerja, aku bagaimana?" Sebisa mungkin memilih jenis karir yang bisa banyak waktu bersama anak, misalnya karir freelance, usaha mandiri di rumah.

Namun, jika tidak memungkinkan untuk memilih karir tersebut, dan harus bergelut dengan jam kerja yang  sibuk, bisa melakukan "cara  tepat wanita karir mengasuh anak" berikut.

1. Meminta bantuan orang terdekat untuk menjaga anak. Orang terdekat dimulai dari keluarga, kerabat, tetangga. Pastikan orang terdekat yang dimintai bantuan memiliki kemampuan parenting yang tinggi dan cinta dunia anak-anak.

2. Jika orang terdekat tidak ada yang memenuhi kriteria untuk dimintai tolong, maka bisa menggunakan jasa penitipan anak atau baby sitter. Sebelum menggunakan jasa mereka, alangkah baiknya mencari beberapa testimoni atau rekomendasi dari orang yang pernah menggunakan jasa mereka. Ingat, lagi-lagi harus bisa memilih mana jasa penitipan anak atau baby sitter yang memiliki kemampuan parenting tinggi.

3. Sebelum berangkat kerja, harus menyiapkan menu makan yang memenuhi kebutuhan gizi anak. Makanan yang disiapkan mama merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang kepada anak. Kasih sayang dan kepedulian terhadap anak tersebut yang akan membuat anak merasa masih diperhatikan orang tua meskipun mama kerja.

4. Menemani anak ketika periksa ke dokter saat sakit juga bisa meningkatkan kepercayaan anak bahwa mama masih tetap sayang meskipun kerja.

5. Meluangkan waktu tiap bulannya untuk mendampingi anak ke posyandu. Posyandu merupakan tempat bertemu banyak orang, di posyandu tentu banyak pasangan mama-anak. Ketika anak ke posyandu atau tempat umum lainnya bersama mama, maka dapat meningkatkan rasa percaya diri anak, karena dia merasa sama dengan temannya bahwa dia juga punya mama yang siaga mendampinginya.

6. Saat pulang kerja merupakan waktu yang tepat untuk bercengkerama dengan anak. Di saat seperti ini, abaikan semua hiruk-pikuk yang ada hubungannya dengan karir. Termasuk juga meninggalkan gadget.  Lakukan "puasa" urusan karir dan gadget.

7. Saat waktu luang dan istirahat sempatkan untuk menelefon anak, kalau perlu dengan video call. Suara mama bisa merupakan terapi bagi anak.

Dengan membaca penjelasan di atas, anda sebagai wanita akan memilih menjadi ibu rumah tangga atau berkarir? Jika anda memilih karir, jenis karir yang mana pilihan anda? Sebelum menempuh pendidikan tinggi mulailah berpikir tentang itu semua, dan usahakan jangan sampai ada ungkapan anak "kalau mama kerja, aku bagaimana?", yang menunjukkan bahwa adanya kekhawatiran anak saat ditinggal kerja.

#sahabatkeluarga
Mas Ito
Mas Ito Blogger, agropreneur

Tidak ada komentar untuk "Kalau Mama Kerja, Aku bagaimana?"