Elpiji Langka, Ada Apa Kira-Kira?

Elpiji langka lagi. Lagi. Dan lagi. Sering. Kadang satu kios penjual elpiji, bisa sampai 3 harian kosong. Kalaupun ada tabungnya saja, tanpa gas elpijinya.

Emak-emak, embak-embak geram. Kadang ngomel di dapur. Meski gak jelas yang diomelin. "Elpiji kok kosong terus. Mau masak pakai apa coba?

Bentuk marahnya seperti itu. Marah ke elpiji barangkali. Atau dalam hati diniatkan untuk pemerintah. Atau tokonya. Entahlah! Saya juga gak pernah tanya.

Saya juga ingin bertanya, kenapa elpiji makin sering langka? Tapi bertanya pada siapa?

Pada siapa saja. Mungkin yang tahu soal per elpijian bisa bantu jawab lewat komentar tulisan saya ini.


Tapi dalam benak saya ada beberapa hipotesa, dugaan sementara saya tentang elpiji langka ini.

Pertama, yang langka ini elpiji dengan tulisan UNTUK MASYARAKAT MISKIN. Miskin dalam tulisan tersebut tidak jelas batasannya. Dilihat dari kondisi rumah, sawah, gaji/penghasilan, atau yang lain.

Padahal saya melihat dengan mata kepala sendiri. Dan mata tetangga-tetangga saya juga. PNS juga menggunakan jenis elpiji itu. Pedagang dengan rumah mewah, mobil fortuner dan jazz, motor matic gedhe juga membelinya.

Mungkin yang dimaksud miskin bukan berdasarkan gaji/penghasilan. Bukan rumah, tanah, aset, dan lain-lain.

Edisi langka kali ini mungkin karena masyarakat yang sebenarnya mampu beli jenis elpiji lain yang bukan subsidi, mau dialihkan agar beli elpiji tanpa subsidi. Yang gak ada tulisan UNTUK MASYARAKAT MISKIN.

Lalu yang miskin beneran bagaimana, kena imbasnya dong? Iya tapi cuma dikit imbasnya.

Hidupnya orang miskin itu simpel kok. Mereka masih pakai kayu bakar. Sekalipun dikasih kompor gas dan tabung lengkap dengan selang regulatornya, mereka tetap cinta tradisi masak pakai kayu.

Maklum jika demikian. Bagi mereka lebih murah pakai kayu. Kayu tinggal nyari. Tanpa beli.

Jadi itu alasan pertama kenapa elpiji murah. Pengalihan. Tapi ini hanya dugaan saya.

Dugaan kedua, karena cadangan gas di alam menipis. Gas elpiji butuh waktu jutaan tahun dalam pembentukannya.

Kalau udah tau bakal habis, dan ada masa langkanya gini, kenapa belum launching pengganti yang mudah di dapatkan dan mudah diperbaharui.

Biogas misalnya. Produksi biogas lebih mudah. Bikin sentra ternak sapi saja. Sekalian menutup kebutuhan daging sapi yang masih belum terpenuhi target swasembada. Mematikan impor daging. Sekalian mematikan ceperan pejabat yang sering dapat dari kran impor daging.



Mas Ito
Mas Ito Blogger, agropreneur